Otak yang Mengerjakan Cinta

March 26, 2017



Cinta, Hati dan Otak...


“Anak-anak, coba sebutkan salah satu fungsi hati,” tanya ibu guru pada siswa-siswi di kelas. Seorang siswa secara spontan, namun penuh semangat, segera menjawabnya, “Tempat menyimpan cinta dan kasih sayang, Bu.”

Barangkali, percakapan tadi hanya lelucon yang beredar di lini masa facebook dan tak benar-benar terjadi dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas.

Sebab, sejak SMP, mata pelajaran Biologi telah mengajari kita bahwa salah satu fungsi hati adalah menawarkan dan menetralisir racun. Bukan menyimpan atau memproduksi cinta. Tak mungkin pula bapak atau ibu guru membiarkan lembar ujian diisi gambar hati yang tertusuk panah asmara.

Meski demikian, sampai saat ini, banyak orang masih meyakini, cinta punya hubungan dengan hati. Ketika mereka putus atau diselingkuhi, nangis-nangis, curhat, sambil mengutip Cita Citata: “sakitnya tuh di sini, di dalam hatiku”.

Keluhan model begitu, tentu saja, tidak merujuk pada situasi sesungguhnya. Kita perlu memakluminya, tanpa bergegas menutup percakapan dan membawa teman yang galau ke klinik ataupun rumah sakit terdekat.

Pertolongan pertama yang diperlukan hanyalah siapkan telinga yang sabar untuk mendengar dan pundak untuk bersandar. Kemudian, tunggu waktu yang tepat untuk bilang: “Cupcupcup... Jangan sedih, ya. Masih ada aku, kok.”

Banyak ilmuan percaya, aktifitas otak adalah provokator sekaligus organ yang aktif bekerja ketika seseorang sedang jatuh cinta, ditolak gebetan atau ditinggalkan pasangan. Situasi ini seperti dijelaskan Dr. Helen Fisher, antropolog-biologis dari Rutgers University, Amerika Serikat.

Menurutnya, bagian otak yang disebut Ventral Tegmental Area (VTA), akan segera merespon ketika seseorang jatuh cinta, mengalami penolakan atau ditinggalkan. VTA merupakan bagian otak yang juga aktif ketika seseorang teler karena kokain.

Malahan, adiksi cinta di otak bisa lebih parah. Semakin kita rapuh, aktifitas VTA akan semakin tinggi. Helen Fisher, dalam ted.com menyebutnya “kecanduan yang indah ketika semua lancar dan kecanduan yang parah ketika semua buruk.”

Dr. Reginald Ho, dari Universitas Thomas Jefferson mengatakan, ketika jatuh cinta, otak mengirim sinyal pada kelenjar adrenal. Kelenjar ini mengeluarkan hormon seperti adrenalin, epinerfin dan norepinerfin.

Hormon-hormon itu lalu mengalir melalui darah dan menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan lebih kuat. Sehingga, bagi orang dengan masalah jantung serius, jatuh cinta maupun ditinggalkan bisa berbahaya.

“Ketika denyut jantung meningkat, maka lebih banyak oksigen akan digunakan. Risiko bagi orang yang lebih tua dengan penyumbatan pembuluh darah atau yang telah mengalami serangan jantung sebelumnya. Tapi, obat-obatan yang baik, bisa membantu menekan respon adrenalin,” kata Dr. Reginald Ho kepada BBC.

Jadi, jikapun detak jantung Anda meningkat ketika jatuh cinta, ditolak ataupun ditinggalkan kekasih, maka itu lebih disebabkan oleh aktifitas hormonal. Sekali lagi ingat, di dada bagian kiri yang berdebar-debar itu, jantung, bukan hati!

Lalu, apa pentingnya mengetahui cinta berasal dari hati, jantung atau otak? Toh, dari manapun asalnya, cinta akan tetap disebut cinta? Toh, Shakespeare juga bilang, “Apapun mawar disebut, wanginya akan tercium juga”?

Dr. Sandra Langseslag, psikolog University of Missouri-St. Louis yakin, dengan mengetahui fakta-fakta cinta, seseorang punya peluang untuk mengelola perasaan. Artinya, orang bisa menambah cinta atau mengurangi perasaan ketika ditolak atau ditinggalkan.

“Jika rasa cinta Anda belum terlalu dalam, Anda bisa memperkuatnya dengan mengingat kebaikan-kebaikan pasangan,” ujarnya.

Sedangkan, kalau diputusin, kita bisa mengurangi rasa kecewa dengan memikirkan keberengsekan mantan. Ingat saja kebiasaan males mandi, sering PHP, suka nyuruh-nyuruh tapi kalau dimintain tolong alasannya banyak, dan lain-lain, dan lain-lain.

Terkait dengan itu, Queen jauh-jauh hari sudah mengingatkan: too much love will kill you!

Ryan Brown, lelaki yang mantan kekasihnya tukang bully, menuliskan masa kelam percintaannya di vice.com. Setelah meninggalkan mantannya yang tukang bully itu, Ryan ingin memiliki relasi personal yang lebih baik.

Dari Michelle Hope, pakar asmara dan seksolog, dia mendapat saran untuk membuat daftar sebuah hubungan yang dirasa ideal. Selain itu, Ryan juga diminta untuk membuat batasan-batasan terkait sesuatu yang bisa dan tidak mungkin ditolerir.

“Kadang di awal hubungan kita memaklumi karena sedang dimabuk cinta, tapi Anda harus sadar ketika pelecehan mulai terjadi. Tidak peduli seberapa besar cinta atau seks yang Anda dapatkan, jangan tolerir perundung kekerasan terjadi."

Jadi, selalu gunakan otakmu ketika berurusan dengan cinta. Sebab, kegembiraan atau kesedihan yang akan Anda dapatkan, bukanlah takdir!

You Might Also Like

0 comments